Hari ini 25 November 2024 diperingati sebagai Hari Guru Nasional, sebuah hari yang mengundang kita untuk merenungkan peran para pahlawan tanpa tanda jasa, yang dengan setia dan penuh ketulusan, membimbing kita melewati jalan kehidupan. Guru dalam hakikatnya, adalah arsitek peradaban, mereka yang dengan rendah hati menabur kebijaksanaan untuk membangun masa depan tanpa mengharapkan apa pun selain kebangkitan nurani manusia. Dalam keheningan ruang kelas, di tengah gemuruh perubahan zaman, mereka tetap menjadi cahaya yang menyinari kegelapan, bagaikan pelita yang tak pernah padam.
Seperti lilin yang membakar dirinya untuk menerangi orang lain, guru mengorbankan waktu, tenaga, dan jiwa demi membentuk generasi penerus yang lebih bijaksana. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi adalah pendukung utama dalam pembangunan peradaban. Dalam prinsip filsafat, mereka adalah pelopor dalam mewariskan pengetahuan dan kebijaksanaan yang tak ternilai harganya. Sebab, sebagaimana kata Konfusius, “Jika Anda merencanakan untuk satu tahun, tanamlah padi. Jika Anda merencanakan untuk sepuluh tahun, tanamlah pohon. Tetapi jika Anda merencanakan untuk seratus tahun, didiklah manusia.” Guru adalah pemegang amanah panjang yang menanamkan benih-benih kebijaksanaan di tanah subur hati murid-muridnya, dengan harapan tumbuhnya pohon-pohon kehidupan yang memberi manfaat bagi masa depan dunia.
Namun, sebagaimana yang diajarkan oleh filsafat Stoikisme, dalam perjuangan ada pengorbanan yang harus diterima. Di tengah keterbatasan fasilitas dan pengakuan yang sering kali terlambat datang, guru terus membara dalam semangat pengabdian, karena mereka memahami bahwa pendidikan adalah misi suci. Mereka adalah pahlawan yang tak tampak, yang menjalani hidup mereka dengan menjalankan amanah untuk mencerdaskan bangsa. Bagi mereka, mendidik adalah jalan hidup yang paling mulia, dan setiap pengorbanan yang mereka lakukan adalah sumbangan untuk kemanusiaan yang lebih adil dan beradab.
Di dunia yang semakin kompleks ini, guru adalah penunjuk arah yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga menanamkan kebijaksanaan hidup yang lebih dalam. Dalam teori filsafat eksistensialisme, kita melihat bahwa manusia harus mencari makna hidup melalui pilihan-pilihannya sendiri. Namun, guru adalah orang pertama yang membuka cakrawala pemikiran, yang mengajak murid untuk melampaui batasan diri mereka, dan menemukan makna dalam dunia yang tak selalu jelas. Mereka adalah kompas yang membimbing kita dalam perjalanan hidup yang penuh dengan labirin kebingungan dan ketidakpastian.
Dalam konteks ini, guru mencerminkan prinsip arete yang memiliki makna “keunggulan dalam segala hal”. Mereka bukan sekadar pemberi ilmu, tetapi pencetak karakter. Dalam membentuk pikiran, mereka juga membentuk hati. Mereka menanamkan nilai-nilai kebaikan, kejujuran, dan kerja keras, serta mengajarkan bahwa hidup bukan hanya tentang apa yang kita capai, tetapi juga bagaimana kita mencapainya. Mereka menunjukkan bahwa kualitas hidup yang sejati berasal dari integritas dan tindakan yang berbasis pada prinsip-prinsip moral yang kokoh.
Hari Guru mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah investasi yang tiada bandingannya. Pendidikan adalah harta yang lebih berharga daripada emas atau kekayaan materi apa pun, karena ia membentuk karakter, dan dengan karakter yang kuat, segalanya mungkin. Sebagaimana dikatakan oleh Plato, “Pendidikan adalah penanaman benih-benih kebijaksanaan yang kelak akan berkembang menjadi pohon-pohon pengetahuan yang akan memberi manfaat bagi seluruh umat manusia.” Guru adalah investor yang tidak mengejar keuntungan pribadi, tetapi hanya berharap agar nilai-nilai luhur yang mereka tanamkan tumbuh subur dan memberi manfaat bagi peradaban manusia.
Di hari ini, mari kita renungkan betapa berharganya jasa-jasa mereka. Seperti halnya di dunia ini tak ada bintang yang bersinar tanpa adanya kegelapan, begitu pula guru, yang tetap setia menerangi jalan hidup kita, bahkan ketika mereka sendiri sering kali tak dilihat atau dihargai. Kata-kata mereka, meski sederhana, sering kali menjadi api yang membakar semangat kita dalam menghadapi tantangan hidup. Mereka adalah cahaya dalam kegelapan, kompas dalam kebingungan, dan tangan yang mengangkat kita ketika kita terjatuh.
Selamat Hari Guru!
Kita adalah murid dari kehidupan ini, dan guru-guru kita adalah saksi bahwa tidak ada pencapaian yang diperoleh tanpa pengorbanan dan bimbingan. Mari kita jaga semangat mereka, karena lentera yang mereka nyalakan tak akan pernah padam, selama kita tetap menghargai ilmu dan kebijaksanaan yang telah mereka wariskan kepada kita. Sebab, dalam pendidikanlah, segala potensi kehidupan yang sejati dapat berkembang.