Lumajang – Kilas Nusantara.id – Di tengah pro-kontra yang menyelimuti keberadaan hiburan jalanan sound horeg, geliat aktivitas ini justru menunjukkan pertumbuhan pesat di wilayah pedesaan dan kota-kota kecil, khususnya Lumajang Jawa Timur.
Meski mendapat kritik keras dari sebagian kalangan ulama, tren ini terus berkembang dan dinilai memberikan dampak nyata bagi kehidupan sosial, ekonomi, bahkan pelestarian budaya lokal.
Sound horeg bentuk hiburan musik keliling dengan dentuman bass khas DJ lokal kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah. Digelar saat hajatan, pesta desa, hingga perayaan-perayaan informal, hiburan ini menyuguhkan kemeriahan dengan biaya yang relatif terjangkau.
Iswanto, salah satu pelaku usaha sound system yang bernama JR Audio Production asal Desa Sukosari, Kecamatan Kunir, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur menyebut bahwa tren sound horeg lebih dari sekadar hiburan.
“Ini bukan cuma soal musik keras. Banyak orang menggantungkan penghasilan dari sini. Ada yang nyewa alat, jadi DJ, jual makanan (UMKM), sampai bikin konten dari acara-acara ini,” ungkapnya saat diwawancarai pada Sabtu (6/9/2025).
Menurutnya, keberadaan sound horeg menciptakan ruang ekonomi baru di tingkat desa. Selain menjadi ladang rezeki, tren ini juga menjadi sarana eksplorasi kreativitas, terutama bagi generasi muda yang tertarik dengan dunia audio dan pertunjukan.
Selain JR Audio Production tak sedikit pelaku sound horeg yang merakit sendiri peralatan mereka, belajar secara otodidak soal mixing dan pengaturan audio. Hal ini membuka akses ke keterampilan teknis yang sebelumnya sulit dijangkau oleh anak-anak muda di daerah dengan keterbatasan akses pendidikan formal.
Lebih menarik lagi, sejumlah pelaku hiburan ini mulai menyisipkan unsur budaya lokal dalam setiap performa mereka. Lagu-lagu tradisional seperti tembang Jawa atau dolanan anak-anak kini dikemas dalam versi remix DJ, menciptakan warna baru dalam pelestarian budaya daerah.

“Dengan cara seperti ini, anak-anak muda jadi tertarik mengenal budaya sendiri, tapi lewat medium yang mereka suka,” tambah Iswanto.
Meski tak lepas dari polemik, terutama terkait kebisingan dan potensi percampuran bebas antar lawan jenis, suara dari kalangan pelaku tetap optimistis. Mereka percaya bahwa selama ada pengawasan dan pengaturan teknis, sound horeg bisa menjadi ruang hiburan sehat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Kalau diatur waktunya dan tidak mengganggu warga, justru bisa jadi solusi hiburan murah dan membuka lapangan kerja baru,” jelas Iswanto.
Kini JR Audio Production from Sukosari Kunir siap berlaga dan bersaing dengan sound horeg lainnya baik itu lokal dalam kota maupun luar kota, dan mudah-mudahan Sound Sistem JR Audio Production tidak kalah Perform dan semakin di kenal masyarakat luas.
“Saya berharap dengan hadirnya JR Audio Production di dunia sound horeg mampu tampil perform dan mampu bersaing di dunia sound horeg, dan juga lebih di kenal di kalangan masyarakat luas,” pungkas Iswanto.
(Dhr)


















